Perbedaan Orang Indonesia, Jepang Dan China
Perbedaan Orang Indonesia Dengan Orang Jepang
Orang
Jepang sudah sangat terkenal dengan kedisiplinannya dalam melakukan pekerjaan
apapun. Memang disiplin sudah menjadi budaya mereka sejak dulu dan masih
diterapkan sampai sekarang. Karena budaya disiplin tersebut lah membuat
orang-orang Jepang malu ketika membuat/melakukan kesalahan, seperti : telat
datang ke tempat kerja, melakukan pekerjaannya yang masih kurang memenuhi
target, dll. Orang Jepang memiliki profesionalitas kerja yang sangat tinggi,
bahkan banyak dari mereka yang lupa memperhatikan kesehatan karena sibuk
bekerja. Hal itu juga yang membuat negara Jepang maju seperti sekarang. Di
Indonesia tingkat kedisiplinanya masih rendah, banyak dari orang Indonesia yang
masih menunda-nunda pekerjaan, mengulur-ulur waktu, dan masih banyak juga yang
main-main. Perbedaan yang paling terlihat dari orang Indonesia dan Jepang
adalah orang Jepang lebih bisa memanfaatkan waktu untuk melakukan hal yang
berguna, sedangkan orang Indonesia masih banyak yang menyia-nyiakan waktu
dengan melakukan hal yang kurang ada manfaatnya.
Orang China
Dagang, uang,uang,uang,bisnis,usaha, lalu kaya, kata- kata yang identik
dengan orang-orang China. Mereka rajin-rajin dalam usaha, rajin menabung dan
sabar sampai akhirnya mereka kaya. Walaupun hanya bisnis kecil, mereka akan
tetap menjalankannya. Sampai ada pepatah orang China “Jangan takut saat
berjalan pelan, tetapi takutlah saat anda diam” Sebelum mereka berhasil, mereka
tidak akan makan makanan lain selain nasi dan tahu. Tentu kita bisa lihat dari
penduduk Tiong Hoa sekarang atau tanyakan pada generasi sebelum kita bagaimana
kehidupan para keturunan ini. Dari hasil keuntungan usaha mereka, mereka akan
menabungnya sampai cukup besar. Eits... Tunggu dulu bukan untuk
bersenang-senang tapi untuk merperluas usaha mereka. Baru sampai mereka rasa
cukup, mereka akan bersenang-senang. Tentu saja rumus usaha ini membuat mereka
terlihat lebih sukses dibanding kita, penduduk pribumi tanah ini. Bandingkan
dengan kita, setelah dapat uang cukup banyak, para lelaki pasti menikah lagi
dan berfoya-foya, setelah itu hidup susah lagi. ‘Haiya, lu olang kalau dagang
pake otak aaa...’ Intinya orang China adalah orang yang ulet,rajin, dan sabar.
Patut kita contoh.
Orang Jepang
Budaya Harakiri. Harakiri adalah kebiasaan orang Jepang jika mengalami
kekalahan atau melakukan kesalahan yang memalukan. Mari kita lihat sisi positif
dan negatifnya. Pada zaman dahulu, Harakiri dilakukan saat seseorang kalah
berduel. Tidak tahan menanggung malu. Memang terdengar seperti orang yang
memiliki kepribadian yang lemah dan dosa hukumnya jika bunuh diri, tetapi
maksud sebenarnya adalah untuk menjaga kehormatan. Daripada dibunuh atau
diampuni lalu hidup terhina, lebih baik berbesar hati mengakui kekalahan lau
mati dengan terhormat. Sampai sekarang, harakiri masih ada di kehidupan orang
Jepang. Lihat saja para koruptor Jepang yang pasti mati bunuh diri karena tak
sanggup menahan malu. Padahal mereka korupsi untuk membiayai kebutuhan partai.
Tidak seperti di Indonesia masuk rekening pribadi. Inilah yang menyebabkan
Jepang tidak masuk dalam 10 Negara Asia terkorup versi metro10. Atau kisah saat
pertempuran Jepang- Amerika di Pulau Iwo Jima. Tentara Jepang hanya ada 22000
dan Amerika 100000. Dilihat dari jumlah sudah pasti kalah. Tapi baik jendral
maupun prajurit tidak ada yang mau menyerah. Mereka tetap bertempur walaupun
sudah tahu apa hasilnya. Dan bagi mereka yang berhasil selamat, akan langsung
menancapkan pisau ke perut mereka alias Harakiri. Kalau kita, baru ditodong
kompeni sudah bilang “Ampun menir.” Bahkan, para pilot yang selamat dalam
pertempuran usai perang ini, langsung kembali ke Jepang dan bunuh diri di
tempat pendaratan. Dan diyakini mereka menjadi hantu dan membuat tempat
pendaratan mereka salah satu tempat terangker di Jepang. Intinya mereka itu
tahu malu, disiplin, dan cinta negara. Tidak seperti koruptor kita yang masih
bisa senyum-senyum disorot kamera TV dan tidak mengaku salah. Mereka juga tidak
terbiasa dengan budaya jam karet.x
0 komentar:
Posting Komentar